Kedai-Berita.com, Gowa– Kabupaten Gowa salah satu daerah di Sulsel yang memiliki kekayaan alam yang begitu melimpah. Selain lahan pegunungan yang subur dan menghasilkan beragam sayuran segar juga ada satu daerah yang dikenal sebagai penghasil beras merah.
Daerah itu tepatnya bernama Malenteng yakni sebuah dusun terpencil diantara tujuh dusun yang berada di Desa Erelembang, Kec.Tombolopao, Kab. Gowa, Sulawesi Selatan (Sulsel).
Kondisi alam yang sejuk dan dingin serta didukung lahan yang subur menjadi faktor pendukung utama keberhasilan masyarakat Malenteng dalam memproduksi tanaman beras merah.
Namun dibalik keberhasilan itu, masyarakat Malenteng yang dikenal dengan budaya gotong royongnya itu ternyata punya impian besar yang belum terwujud.
“Warga berharap pemda beri perhatian untuk membangun jalan desa beraspal agar mereka tak kesulitan beraktifitas. Apalagi ketika musim hujan akses jalan desa berubah menjadi lumpur karena sama sekali memang tak pernah tersentuh aspal atau semacam pengerasan ,”kata Anriadi Ketua Mahasiswa Pecinta Alam (Mapala) Universitas Muslim Indonesia (UMI) Makassar, Senin 3 April 2017.
Jalan desa yang beraspal kata Adi sapaan akrab Anriadi merupakan impian masyarakat Malenteng sejak bertahun-tahun.
“Padahal Dusun Malenteng memiliki keindahan alam yang luar biasa, cuaca yang masih dingin, udaranya masih segar serta budaya gotong royong yang masih dipegang teguh oleh masyarakatnya. Malenteng sangat berpotensi jadi objek wisata ,”ungkap Adi.
Malenteng sendiri diakui Adi merupakan daerah binaan Mapala UMI Makassar sehingga ditetapkan sebagai salah satu jalur pendidikan kegiatan Mapala UMI yang diselenggarakan setiap tahun.
“Jadi kami tahu persis kehidupan masyarakat Malenteng yang penuh dengan keterbatasan ,”ungkap Adi.
Dari hasil survei Pengurus Harian Mapala UMI Makassar di Dusun Malenteng diakui Adi masih banyak kekurangan. Selain akses Jalan yang masih berlumpur dan diselimuti tanah merah serta hanya bisa dilewati oleh kendaraan khusus, masalah kesehatan, pendidikan, pengetahuan agama semuanya serba terbatas.
“Karena tidak adanya perhatian dari pemerintah setempat sehingga dasar itulah Pegurus Harian Mapala UMI Makassar menjadikan Dusun Malenteng sebagai dusun binaan dan alhamdulillah mendapat respon yang baik dari Dusun Malenteng dan Tokoh Masyarakat setempat ,”terang Adi.