Makassar — Di tengah dinding beton dan jeruji besi, lahan sempit di halaman Rutan Kelas I Makassar menghadirkan pemandangan yang jarang terlihat di sebuah lembaga pemasyarakatan berupa deretan selada hijau segar yang siap dipanen. Pada Rabu, 17 September 2025, ratusan ikat selada dipetik langsung oleh warga binaan, menjadi simbol nyata bahwa keterbatasan bukanlah penghalang bagi produktivitas.
Program pembinaan kemandirian ini dirancang bukan hanya untuk memenuhi kebutuhan pangan internal, tetapi juga sebagai bentuk kontribusi nyata Rutan Makassar terhadap ketahanan pangan berkelanjutan. Melalui kegiatan bercocok tanam, warga binaan belajar tentang pengelolaan sumber daya, kedisiplinan, dan tanggung jawab yang merupakan nilai-nilai yang penting bagi proses reintegrasi sosial mereka.
“Kami ingin membuktikan bahwa pembinaan tidak hanya berbicara soal perbaikan perilaku, tetapi juga keterampilan hidup yang bermanfaat. Panen selada ini adalah hasil nyata dari kerja sama, dedikasi, dan komitmen warga binaan,” ujar Kepala Rutan Makassar, Jayadikusumah.

Respons masyarakat pun menunjukkan bahwa hasil dari balik jeruji bisa diterima dengan tangan terbuka. Sejumlah mahasiswa yang datang ke lokasi panen membeli langsung selada segar tersebut, sementara pedagang lokal telah menjadikan produk Rutan Makassar sebagai pasokan rutin.
“Kualitasnya terjaga. Sayurannya segar, bersih, dan bertahan lama. Pelanggan kami sangat puas,” kata seorang pemilik toko sayur di Makassar.
Lebih dari sekadar hasil panen, program ini memperlihatkan model pembinaan yang relevan dengan tantangan zaman: bagaimana lembaga pemasyarakatan bisa turut ambil bagian dalam isu global seperti ketahanan pangan. Di saat lahan produktif semakin terhimpit oleh pembangunan, inisiatif ini mengajarkan bahwa inovasi bisa lahir bahkan di ruang yang paling terbatas.

Dengan komitmen untuk terus mengembangkan pertanian berkelanjutan, Rutan Makassar tidak hanya menanam sayuran, tetapi juga menumbuhkan kepercayaan diri, harapan, dan peluang baru bagi warganya. (Eka)