Sejumlah lembaga pegiat anti korupsi di Sulsel ramai-ramai mendesak Kejaksaan Negeri Makassar (Kejari Makassar) memberikan kepastian hukum tegas terhadap dua kasus korupsi yang sudah lama ditangani namun tak pernah terdengar perkembangannya.
Kedua kasus korupsi tersebut yakni kasus korupsi pembebasan lahan pembangunan industri persampahan Kota Makassar dan kasus korupsi pekerjaan pembangunan gedung pelayanan perpustakaan Dinas Perpustakaan Kota Makassar.
“Kedua kasus ini cukup menyita perhatian masyarakat Kota Makassar sehingga kita mendesak Kejari Makassar beri kepastian hukum yang tegas sudah sejauh mana kasus ini ditangani,” tegas Ketua Badan Pekerja Anti Corruption Committee Sulawesi (ACC Sulawesi) Kadir Wokanubun kepada Kedai-Berita.com via telepon, Jumat (5/5/2023).
Ia berharap Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kajati Sulsel) segera mengevaluasi penanganan kedua kasus korupsi yang ditangani Kejari Makassar ini agar bisa berjalan maksimal.
“Kita melihat Kepala Kejari Makassar ini sepertinya kurang komitmen dengan pemberantasan korupsi sehingga kedua kasus ini kurang maksimal penanganannya atau tak ada perkembangan yang nampak,” jelas Kadir.
“Kami mendesak Kajati Sulsel evaluasi saja Kepala Kejari Makassar ini dan gantikan dengan mereka yang lebih komitmen dengan pemberantasan korupsi,” Kadir menambahkan.
Hal yang sama diungkapkan oleh Direktur Pusat Kajian Advokasi Anti Korupsi Sulawesi Selatan (PUKAT Sulsel), Farid Mamma. Adik mantan Waka Polda Sulsel itu berharap Kepala Kejaksaan Tinggi Sulawesi Selatan (Kajati Sulsel) segera mengevaluasi saja Kepala Kejari Makassar yang dianggapnya tidak memiliki semangat yang tinggi dalam pemberantasan korupsi.
“Bercermin pada penanganan kasus korupsi pembebasan lahan pembangunan industri sampah Kota Makassar yang sudah lama ditangani tapi belum ada kepastian hukum yang tegas hingga saat ini, minimal sudah ada tersangka. Demikian juga kasus korupsi pembangunan gedung Dinas Perpustakaan Kota Makassar yang berjalan lambat dan nasibnya mirip,” terang Farid via telepon, Jumat (5/5/2023).
Kejari Makassar, kata dia, butuh pimpinan yang tegas dan memiliki komitmen yang kuat dalam pemberantasan korupsi. Sehingga, lanjut dia, tak ada lagi kasus-kasus korupsi yang ditangani berlama-lama atau terbengkalai.
“Kami tunggu ketegasan Kajati Sulsel terkait ini,” tutur Farid.
Gambaran Kasus Korupsi Pembebasan Lahan Industri Sampah
Perkembangan terakhir, Kejaksaan Negeri (Kejari) Makassar dikabarkan tengah memeriksa puluhan saksi dalam penyelidikan kasus dugaan korupsi pembebasan lahan persampahan Kota Makassar.
“Total saksi yang sudah diperiksa sudah ada 12 orang,” kata Kepala Seksi Intelijen Kejari Makassar, Andi Alamsyah dikonfirmasi via telepon, Kamis 13 April 2023.
Ia mengatakan, kasus tersebut masih dalam tahap penyelidikan bidang Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Makassar.
“Masih tahap penyelidikan kita belum bisa terlalu jauh jelaskan,” tutur Alamsyah sebelumnya.
Diduga Ada Praktek Mafia Tanah
Jauh sebelumnya pihak Kejari Makassar menegaskan akan fokus menuntaskan penanganan kasus dugaan korupsi kegiatan proyek pembebasan lahan industri persampahan Kota Makassar yang telah menelan anggaran Rp70 miliar lebih itu.
Proyek yang terlaksana di era kepemimpinan Wali Kota Makassar, Ilham Arief Siradjuddin tersebut, disinyalir kuat terjadi penyimpangan yang mengarah pada dugaan perbuatan melawan hukum.
Kepala Kejaksaan Negeri Makassar (Kejari Makassar) Andi Sundari sebelumnya bahkan mengungkapkan bahwa kasus yang dimaksud tersebut, awalnya diselidiki oleh bidang Intelijen Kejari Makassar dan kemudian diserahkan penanganannya ke bidang Pidana Khusus (Pidsus) Kejari Makassar.
“Bidang intelijen kita sudah merampungkan penyelidikan dan hasilnya diyakini ada unsur perbuatan melawan hukum dalam kegiatan pembebasan lahan yang dimaksud. Sehingga mendekat ini penyelidikannya lebih lanjut dilakukan oleh bidang pidsus,” kata Andi Sundari saat merilis catatan akhir tahun 2021 Kejari Makassar yang berlangsung di Aula Kejari Makassar Jalan Hertasning, Makassar, Selasa 4 Januari 2022.
Pengusutan kasus dugaan korupsi proyek pembebasan lahan industri persampahan Kota Makassar itu, kata dia saat itu, sejalan dengan program Jaksa Agung ST. Burhanuddin. Di mana Jaksa Agung secara terbuka mengintruksikan seluruh jajaran kejaksaan di Indonesia tanpa terkecuali Kejari Makassar untuk tidak pandang bulu dalam memberantas segala praktik mafia, baik keterkaitannya dengan praktik mafia pelabuhan terlebih lagi praktik mafia tanah yang belakangan sudah sangat merugikan masyarakat.
“Indikasi terjadinya dugaan korupsi dalam kegiatan pembebasan lahan persampahan ini disebabkan karena adanya dugaan praktik mafia tanah. Sehingga kami akan fokus usut tuntas kasus ini sebagaimana instruksi Jaksa Agung,” tutur Andi Sundari saat itu.
Meski demikian, kata dia, pihaknya belum dapat membuka gambaran hasil penyelidikan kasus tersebut terlalu jauh.
“Karena kita masih penyelidikan tertutup artinya belum bisa diekspos detil. Mudah-mudahan mendekat ini sudah bisa dialihkan penyelidikannya ke bidang pidsus,” jelas Andi Sundari juga saat itu.
Ia sempat mengakui, dalam pengungkapan kasus dugaan korupsi pembebasan lahan industri persampahan Kota Makassar tersebut, tentunya pihaknya akan berhadapan dengan berbagai pihak yang merasa terganggu.
“Tapi sepanjang itu kami menilai ada perbuatan melawan hukum, kita akan jalan terus. Mohon masyarakat juga terus memberikan dukungan dan berperan serta mengawal pengusutan tuntas kasus ini,” Andi Sundari menegaskan saat itu.
Fakta-Fakta Dugaan Penyimpangan
Sebelumnya, Kepala Seksi Intelijen Kejari Makassar yang saat itu dijabat oleh Adriansah Akbar juga telah menjelaskan bahwa dalam penyelidikan kasus dugaan korupsi pembebasan lahan industri persampahan Kota Makassar tersebut, sudah ada puluhan saksi yang telah diambil keterangannya di tingkat intelijen.
“Puluhan saksi yang telah diperiksa, ada dari RW, pihak pemerintah, pemilik tanah, penerima ganti rugi dan pihak BPN (Badan Pertanahan Nasional),” ucap Ardiansah dikonfirmasi via telepon saat itu tepatnya, Rabu 15 Desember 2021.
Adapun dari hasil penyelidikan intelijen, kata dia saat itu, ditemukan sejumlah fakta yang mengejutkan dan menambah keyakinan tim jika dalam kegiatan pembebasan lahan di era kepemimpinan Ilham Arief Siradjuddin (IAS) sebagai Wali Kota Makassar itu diduga kuat bermasalah.
Di mana dari keterangan beberapa saksi, diantaranya saksi dari pihak BPN Kota Makassar yang telah diperiksa Selasa 14 Desember 2021, telah mengungkapkan jika pihaknya tak pernah dilibatkan dalam proses pengadaan tanah.
Sementara menurut ketentuan Undang-undang No. 2 tahun 2012 tentang pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan umum, Peraturan Presiden RI (Perpres) No. 71 tahun 2012 tentang penyelenggaraan pengadaan tanah bagi pembangunan untuk kepentingan Umum dan Peraturan Kepala BPN RI No. 5 tahun 2012 tentang petunjuk teknis pelaksanaan pengadaan tanah, seharusnya Kepala Kantor Pertanahan setempat dalam hal ini Kepala Kantor Pertanahan Kota Makassar bertindak selaku Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.
“Jadi pemerintah melakukan pengadaan tanah sendiri tanpa melibatkan BPN yang seharusnya dilibatkan selaku Ketua Pengadaan Tanah,” beber Ardiansah saat itu.
Selain itu, dalam pelaksanaan pengadaan tanah untuk industri persampahan Kota Makassar yang berlokasi di Kelurahan Tamalanrea Jaya, Kecamatan Tamalanrea, Makassar itu, kata Ardiansah, juga diduga tidak melibatkan jasa penilai atau penilai publik untuk menilai besaran ganti kerugian yang akan nantinya dibayarkan oleh instansi yang memerlukan tanah. Jasa penilai atau penilai publik tersebut ditetapkan oleh Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah.
“Sehingga penetapan jasa penilai atau penilai publik diduga tidak pernah ada, karena dalam kegiatan ini, juga diduga tidak ada Ketua Pelaksana Pengadaan Tanah yang dilibatkan apalagi diketuai oleh Kepala Kantor BPN Kota Makassar,” terang Ardiansah saat itu.
Tak hanya itu, fakta lainnya yang didapatkan dari hasil penyelidikan oleh tim Intelijen Kejari Makassar, yakni ditemukan bahwa pemerintah pernah mengajukan permohonan untuk sertifikasi lahan yang telah dibebaskannya dengan luas sekitar 12 Ha kepada BPN Kota Makassar berdasarkan hasil pengukuran yang telah dilakukan oleh Pemkot Makassar.
Namun, kata Ardiansah saat itu, permohonan tersebut ditarik kembali oleh Pemkot Makassar sendiri karena Pemkot Makassar tak dapat menunjukkan batasan-batasan lahan yang sebenarnya yang telah dibebaskan sebelumnya sebagaimana permintaan dari pihak BPN Kota Makassar.
“Sehingga sampai saat ini, Pemkot Makassar belum dapat menyertifikatkan lahan yang telah dibebaskannya tersebut. Bahkan pencabutan atau mematikan bukti hak milik dari pemilik tanah yang telah dibebaskannya itu sampai saat ini juga belum dapat dilaksanakan,” jelas Ardiansah saat itu.
Ia bahkan menegaskan pihaknya tak akan pernah bermain-main dalam pengusutan tuntas kasus pembebasan lahan industri persampahan Kota Makassar yang diduga kuat merugikan negara puluhan miliar tersebut karena adanya dugaan praktek mafia tanah di dalamnya.
“Pengusutan yang dilakukan oleh Kejari Makassar terkait proyek pembebasan lahan tersebut, sejalan dengan perintah Jaksa Agung dalam pemberantasan mafia tanah. Kami tegaskan komitmen dan tak akan main-main dalam pengusutan tuntas kasus ini,” tegas Ardiansah saat itu.
Diketahui, proyek pembebasan lahan yang dibiayai dari Anggaran Pendapatan Belanja Daerah (APBD) Kota Makassar tahun anggaran 2012, 2013 dan 2014 itu, telah menghabiskan anggaran senilai Rp70 miliar lebih.
Uang puluhan miliar tersebut diperuntukkan untuk membebaskan lahan seluas 12 hektare. Namun, belakangan lahan tersebut bermasalah lantaran tak dapat disertifikatkan oleh Pemerintah Kota Makassar (Pemkot Makassar). Anggarannya habis dan lahan yang telah dibayarkan tak jelas statusnya.
Kuat dugaan dalam pelaksanaan proyek pembebasan lahan yang telah menguras kas daerah Kota Makassar itu, tidak berjalan sesuai harapan karena disebabkan adanya praktik-praktik mafia tanah di dalamnya.
Posisi Terakhir Kasus Korupsi Pembangunan Gedung Dinas Perpustakaan Kota Makassar
Tim Penyidik Bidang Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Negeri Makassar (Kejari Makassar) telah memeriksa maraton sejumlah saksi yang ditengarai terlibat dalam pelaksanaan pekerjaan pembangunan gedung baru Dinas Perpustakaan Kota Makassar yang dimaksud.
Kepala Seksi (Kasi) Intelijen Kejari Makassar, Andi Alamsyah mengatakan, sudah ada total 17 orang yang diperiksa dalam tahap penyidikan kasus dugaan korupsi tersebut. Diantaranya kata dia, Kepala Dinas Perpustakaan Kota Makassar selaku Pengguna Anggaran sekaligus Pejabat Pembuat Komitmen (PPK), Pejabat Pelaksana Teknis Kegiatan (PPTK), rekanan, konsultan pengawas, konsultan perencana dan anggota pokja.
Tak hanya itu, penyidik juga menggandeng ahli dalam menghitung nilai kekurangan volume pekerjaan pembangunan gedung yang telah menghabiskan anggaran sebesar Rp7,8 miliar yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) itu.
“Dan sekarang ahli lagi menghitung berapa nilai kekurangan volume, jadi masih tunggu hasil perhitungan ahli dulu,” terang Alamsyah dikonfirmasi via telepon, Sabtu 11 Maret 2023.
Penyidik Sempat Menyita Bangunan Gedung
Tim Penyidik Unit Pidana Khusus (Pidsus) Kejaksaan Negeri (Kejari) Makassar sebelumnya telah menyita bangunan gedung layanan Dinas Perpustakaan Kota Makassar.
Penyitaan bangunan gedung yang berlokasi di Jalan Kerung-kerung, Makassar itu bertujuan untuk kepentingan penyidikan.
“Itu dijadikan barang bukti. Penyitaan yang dilakukan dalam rangka penyidikan dugaan korupsi pada proyek pembangunan gedung layanan perpustakaan yang dimaksud,” ucap Kasi Intelijen Kejari Makassar, Andi Alamsyah, Rabu 22 Februari 2023.
Hal yang sama disampaikan Kepala Seksi Pidana Khusus (Kasi Pidsus) Kejari Makassar, Arifuddin Achmad. Menurutnya, penyitaan yang dilakukan penyidik merupakan bagian dari proses penyidikan terhadap kasus dugaan korupsi pada proyek pembangunan gedung layanan perpustakaan Kota Makassar tersebut.
“Penyitaan dilakukan pekan lalu. Kasusnya sudah ditingkatkan ke penyidikan namun kami belum menetapkan tersangka sementara pendalaman,” jelas Arifuddin.
Ia mengungkapkan, pada kegiatan pembangunan gedung layanan Dinas Perpustakaan Kota Makassar tahun anggaran 2021 tersebut diduga kuat ada indikasi tindak pidana korupsi.
Proyek yang bersumber dari Dana Alokasi Khusus (DAK) itu dikerjakan oleh CV Era Mustika Graha dengan menghabiskan anggaran sekitar Rp7,8 miliar.
“Namun dari pelaksanaannya diduga tidak sesuai dengan Rencana Anggaran Biaya (RAB) dan disinyalir terdapat kekurangan volume pekerjaan,” terang Arifuddin.
Pekerjaan gedung layanan perpustakaan pun ditemukan tidak selesai sesuai waktu yang ditentukan sehingga dilakukan pemutusan kontrak.
“Direktur perusahaan rekanan dan pihak Dinas Perpustakaan Kota Makassar kita juga sudah periksa dan sementara kita dalami terus keterangannya,” Arifuddin menandaskan. (Eka)