Berawal dari fenomena pendidikan yang semakin minim akhlaktul karimah, menjadi alasan seorang pengusaha di Makassar mendirikan sebuah yayasan sekolah Islam.
Yayasan tersebut diberi nama Raffasyah Baitul Makmur yang terletak di Jalan Abdul Rahman Hakim, Kecamatan Tallo, Kota Makassar.
Ketua Yayasan RBM, H. Makmur Ante Pasau menceritakan alasan ia mendirikan sekolah islam karena di latarbelakangi pengalaman pribadi.
Ia yang sebelumnya seorang pelaut, memilih berhenti dan hijrah menjadi pengusaha. Ketika mulai menggeluti usahanya sebagai rekanan PT Pertamina, H. Makmur banyak merasakan berbagai persoalan.
Mulai persoalan perizinan hingga hal lainnya yang dipersulit oleh oknum – oknum demi meraup keuntungan.
Beranjak dari situ, H. Makmur mulai berfikir bahwa untuk merubah pola tersebut, diperlukan pendidikan akhlak dari usia dini.
Sehingga H. Makmur kemudian banyak berkonsultasi dengan orang – orang yang mengerti tentang dunia pendidikan. Dan akhirnya mendirikan Yayasan Raffasya Baitul Makmur.
“Kenapa saya membangun sekolah? yang notabene saya seorang pelaut ? Saya alami ketika saya berhenti melaut, saya memulai bisnis, berinteraksi dengan orang-orang yang punya power di darat, bagaimana mengurus perizinan, bagaimana menghubungkan konektivitas, saya banyak merasakan dibohongi, ditipu mengurus hal-hal yang seharusnya selesai dua tiga hari tapi berbulan bulan. Itu kan kembali lagi kepada akhlak, “ujar H. Makmur kepada Kedai.Berita.com, (18/11/2021).
“Saya membangun sekolah ini niatnya bukan orientasi bisnis, tapi adalah beramal jariah. Artinya bagaimana hidup kita itu bermanfaat untuk ummat, untuk agama dan bangsa, “tambahnya.
Sebagai contoh, kata H. Makmur banyak orang-orang yang berpendidikan tinggi tersandung kasus hukum, termasuk pejabat. Itulah yang membuat dirinya membangun sekolah islam dengan mengedepankan program Akhlatul Karimah.
“Jadi sekolah ini saya sampai bertanya kepada diri saya, ‘kenapa sih banyak orang-orang pintar itu masuk penjara’? Ada pendidikannya gelar Professor, Doktor, Sarjana hukum, bahkan Master Hukum masuk penjara?, Begitu juga yang masuk penjara seorang pejabat yang dipilih oleh rakyat, orang penting. Tapi kenapa ada oknum yang masuk penjara?, ”tutur H. Makmur.
Sehingga H. Makmur menarik kesimpulan bahwa yang mengangkat harkat martabat seorang manusia, bukan gelar atau jabatan. Melainkan Akhlatul Karimah.
“Tetapi sebagaimana Nabi Muhammad SAW diutus oleh Allah SWT ke muka bumi ini, karena untuk menyempurnakan akhlak manusia. Maka saya tarik jawaban, kenapa orang pintar, orang terhormat masuk penjara? Karena akhlak yang tidak ada, ”urainya.
Ia juga mencontohkan, bahwa di negara Jepang yang mayoritas penduduk non-muslim, dapat hidup dengan tentram dan saling menghargai.
“Kita liat negara maju seperti di Jepang bukan penganut agama Islam, tapi negararnya maju, masyarakatnya sejahtera, negaranya aman sentosa. Karena di sana itu, pendidikan akhlak di usia dini, jadi itu anak-anak diajarkan tentang akhlak dulu diusia dini, bukan ilmu, “sebutnya.
Oleh karena itu ia mengajak semua orang tua, agar lebih mengutamakan pendidikan akhlak kepada anak-anak mereka.
“Mari kita orang tua mencarikan sekolah yang berakhlak, bukan saja berilmu. Untuk apa berilmu kalau tidak berakhlak. Maka modal utama berakhlak dulu, ”ajaknya.
Dia juga menyarankan kepada pemerintah dalam hal ini Dinas Pendidikan untuk membuat program atau kurikulum yang fokus terhadap akhlak pada anak.
“Terkadang kita orang tua merasa bangga bahwa anakku jago bahasa Inggris, tapi kita tidak kecewa bila mana anak kita masih membantah kepada kita, masih suka berbohong, ”bebernya.
“Karena kalau terdidik dari kecil seperti itu, sampai besar akan dia bahwa. Tentu ini kembali penguatan akhlak usia dini. Itulah yang melatar belakangi saya membangun Raffasya Baitul Makmur, ”akunya.
Selain itu, dalam memilih tenaga pendidik untuk yayasan yang didirikannya, ia betul-betul memilih orang–orang berkompeten di bidangnya.
Seperti merekrut tenaga handal yang profesional yang bisa memenuhi lima poin. Pertama kedisiplinan, kejujuran, cakap atau terampil, loyalitas, serta mampu kerja tim. Jadi kualitas tenaga pendidik itu di lihat dari situ.
”Untuk mencetak anak yang berakhlak dimulai dari gurunya mencontohkan akhlak yang baik. Istilah saya begini, guru, karyawan atau bawahan, mereka harus mengabdi dengan pekerjaan, bagaimana membesarkan tempat kerja dengan ikhlas karena Allah, genggam akhirat mu, dunia akan mengikutimu, ”tutupnya. (Thamrin/Eka)