Ceritera pilu para petani lombok dan jagung di desa Paddinging dan Tonasa Kec. Sanrobone Kab.Takalar Propinsi Sulawesi Selatan, tentang kerugian milyaran Rupiah masih terus jadi gunjingan di berbagai grup-grup medsos Takalar.
Hasil penelusuran Kedai-berita.com selama ini di lapangan dan hasil wawancara berbagai pihak. Bisa disimpulkan kerugian yang dialami petani jagung dan lombok di Takallar di duga kuat kelalaian pemerintah.
Banyak masyarakat berempati terhadap kesulitan para petani di dua desa ini.Bagaimana tidak, belum usai kesulitan ekonomi karena, Pandemi Covid-19. Kini hasil panen yang sudah berada di depan mata terpaksa amblas.
Petani tidak tau harus berbuat apa untuk minimal bisa mengurangi nilai kerugian. Seperti ceritera seorang petani jagung Daeng Emba beberapa waktu lalu, bahwa bibit, pupuk dan racun rumput semuanya dipinjam. Kalau kondisi seperti ini, lalu musim tanam yang akan datang kami harus pinjam di mana lagi?
Kejadian amblas hasil panen ini adalah peristiwa berulang, sebagaimana diungkap, salah seorang petani Desa Tonasa, Tama Pawallang, saat wartawan Kedai-berita.com, berbincang-bincang dekat pintu air, sekunder di Jl Poros Sanrobone-Galesong, Jumat(23/7/2021).
Menurut Tama Pallawang, “Air yang ada saat ini, seraya menunjuk saluran sekunder, adalah air pembuangan. Namanya juga pembuangan, pasti merusak.”
“Puluhan tahun, petani di daerah ini, kesulitan air irigasi, sehingga rata-rata menanam lombok dan jagung. Sedikit sekali yang menanam padi, karena pengairannya memakai sistim pompanisasi,” beber Tama Pallawang.
Lelaki yang mengaku sebagai Imam dusun Tonasa dua sejak tahun 2000 ini, mengatakan, “Sudah tiga bupati, tidak perna tuntas soal kesulitan air, padahal ada jaringan irigasi Bisua ada di sini, tetapi hanya merusak.”
“Jika pemerintah menjamin kepastian adanya ketersediaan air di saluran sekunder maupun tersiar, maka para petani akan menanam padi,” imbuhnya.
Di sisi lain banyak pihak berharap Pemda harus bersikap dalam hal kerugian petani ini. bahkan Guru besar Fakultas Hukum Unhas Prof DR Muhadar, mempertanyakan, “Bagaimana tanggungjawab Pemda atas kerugian tetsebut, diharapkan peduli dan bertanggungjawab karena pemerintah harus begitu, mengurusi Rakyat agar sejahtera. Baca Trilogi Pembangunan.”
Sementara itu, Pelaksana Tugas Gubernur Sulawesi Selatan Andi Sudirman Sulaiman, tak merespon pesan yang dikirim wartawan Kedai-berita.com, via WhatsApp, Kamis(22/7/2021), soal permasalahan yang dihadapi petani Takalar.
Terpisah, Kepala Dinas Pertanian Takalar, Muhammad Hasbi melalui telpon, Jumat(23/7/2021), mengatakan, “Setahu saya, ada petugas yang mengawasi pintu air, sekunder, akan tetapi agar lebih jelas saya cek dulu ke Dinas PU bagian SDA(Sumber Daya Air).”
Kalau soal kerugian yang dialami Petani Paddinging dan Tonasa, lelaki yang baru saja diberi amanah sebagai PLT(Pelaksana Tugaas), Sekda Takalar ini, menjawab, “No Comment.”
Sesaat kemudian Muhammad Hasbi menulis pesan via WhatsApp, “Daerah Irigasi Bisua itu, kewenangan Balai, Iye. Petugas-perugasnya juga dari Balai Harusnya penjaga pintu air tutup alirannya.”
“D.I Bissua itu.Kwenangan Balai.Iye…ptugas2x jg dr balai.
Hrsnya penjaga pintu airnya tutup alirannya,” tulis Hasbi.
Sementara itu salah seorang pegawai BBWS(Balai Besar Wilayah Sungai) Pompengan Jeneberang yang tak ingin namanya disebutkan dalam berita.
Saat ditemui di Kantornya, Jl. Tumanurung Raya, Kalegowa, Kec. Somba Opu, Kabupaten Gowa, Sulawesi Selatan, Kamis(22/7/2021) mengatakan, “Segala permasalahan daerah irigasi Bisua tanyakan ke SNVT PJSA Pompengan, Jl Batarabira Baddoka, Pai, Makassar, Kota Makassar, Sulawesi Selatan.” ( M. Said Welikin)