Presidium Wilayah Majelis Alumni (MA) Ikatan Pelajar Nahdlatul Ulama (IPNU) dan Ikatan Pelajar Puteri Nahdlatul Ulama (IPPNU) Sulawesi Selatan (Sulsel) menggelar pengukuhan pengurus di Asrama Haji Sudiang, Gedung Bir Ali, Kelurahan Sudiang, Kecamatan Biringkanaya, Kota Makassar, Ahad (6/6/2021).
Pengukuhan yang dilakukan secara virtual oleh Ketua Dewan Kehormatan Presedium Majelis Alumni IPNU Dr. KH. Hilmi Muhammadiyah berlangsung secara offline dan online dengan mematuhi protokoler kesehatan Covid-19.
Pengukuhan ini dirangkaikan dengan acara halal bihalal, dan orasi ilmiah terkait 100 tahun kiprah NU, baik di Indonesia maupun kancah Internasional.
Ada sebanyak 18 pengurus inti yang dikukuhkan, 9 dari Ikatan Pelajar Nahdlatul (IPNU) Ulama, dan 9 Ikatan Pelajar Putri Nahdlatul Ulama (IPPNU).
Ketua Majelis Alumni IPNU, Dr Muhammad Aswad mengatakan, sebelumnya kepengurusan Majelis Alumni IPNU sudah pernah berdiri.
Sementara untuk kepengurusan MA IPPNU merupakan yang pertama kalinya dibentuk.
Kita berharap setelah pengukuhan ini kita akan tindaklanjuti dengan berbagai program kerja yang ada, karena banyak hal yang ingin kita wujudkan, terutama bagaimana mengembangkan paham Aswaja, atau Ahlussunnah wal jamaah yang ada,” ujarnya.
“Namun kita juga ingin memberikan kontribusi maksimal kepada bangsa dan negara, terutama masyarakat warga NU di Sulsel,” lanjutnya.
Lanjutnya, pengukuhan ini juga sebagai upaua untuk kembali memperkenalkan kembali kiprah Majelis Alumni, baik IPNU maupun IPPNU kedepannya.
“Jadi bukan sekedar ada namanya, tapi tidak ada kegiatan, kita mau ada nama, ada tanggungjawab untuk melakukan program-program yang ada,” jelasnya
Dr. Aswad membeberkan, misi utama dari dibentuknya kepengurusan ini, adalah untuk membantu menopang NKRI, dari paham-paham radikal.
“NU ini setuju atau tidak, sejak didirikannya, sudah menjadi salah satu penopang berdirinya NKRI ini,” katanya
“NU selalu berkomitmen, jika NKRI harus tetap ada dan utuh, oleh karena itu ronrongan yang sifatnya dari luar maupun dari dalam, itu juga menjadi tanggungjawab NU untuk tetap bisa memperkokoh NKRI,” lanjutnya
Kata Dr. Aswad, kader NU harus tetap berjuang, agar tidak ada lagi paham-paham yang bisa mencoreng kesatuan Indonesia.
“Karena jika negara ini terpecah belah, dampaknya akan jauh luar biasa. Sehingga paham radikal, apalagi dalam bentuk negatif yang ingin merusak tatanan negara ini. Kami berkomitmen jika itu adalah musuh bangsa dan juga musuh NU, dan musuh Majelis Alumni IPNU dan IPPNU,” tegasnya.
Sehingga kedepannya, ia akan menghimpun seluruh potensi di MA, lalu memberikan penguatan, baik secara ilmu pengetahuan maupun hati.
“Kita berikan penguatan dalam hal teknologi, bukan hanya otaknya tapi juga isi hatinya. Karena hati yang berhaluan Ahlussunnah wal jamaah, dan di implementasikan dalam kegiatan kesehariannya dengan otak yanh berbasis kekinian, atau menguasai teknologi,” tutupnya.
Sementara itu, Ketua MA IPPNU Sulsel, Nurpadhilah Ridwan mengatakan, jika pihaknya akan merangkul seluruh kader IPPNU, untuk sama-sama melawan paham radikalisme
“Seperti yang tadi saya sampaikan, takutnya kita di IPPNU di luar sana, yang belum terangkul, itu akan terkena dampak dari radikalise melalui medsos,” jelasnya
Sehingga, dengan adanya MA IPPNU, ia bisa menghimpun kembali anggota IPPNU yang berada di daerah-daerah, khususnya Sulawesi Selatan.
Ia pun menjelaskan, pihaknya bakal melawan paham radikalisme dengan menenamkan paham Ahlussunnah wal jamaah.
“Begini, Ahlussunnah wal jamaah itu, kita Islam tapi moderat, tapi tidak juga terlalu bebas. Jadi saya sebagai kader, dengan ilmu yang didapat, itu berakar. Sehingga dimanapun kami berada, Aswajanya itu selalu ikut, itulah yang ingin kita bumikan,” terangnya.
Diketahui, pengukuhan MA IPNU dan IPPNU ini bertepatan dengan 100 tahun kiprah NU.
“Semoga Majelis Alumni ini, berjaya terus, bersama dengan Nahdatul Ulama. Bangsa dan negara tetap kokoh, kuat dalam menghadapi segala tantangan,” harapnya
“Dan peran NU itu tetap menjadi bagian yang diabaikan begitu saja, tapi tetap mengambil peran yang maksimal di dalam pembangunan bangsa dan negara ini,” pungkasnya.
(Jurlan Em Saho’as)